Oleh : Ketut Supeksa
NPM : 09320027
Jurusan pendidikan Biologi
Ikip Saraswati Tabanan
1. Cara lain melihat kebudayaan
Menuru saya : Pada dasarnya seseorang memiliki cara pandang tersendiri untuk melihat apapun, termasuk melihat suatu kebudayaan. Ini bisa dipengaruhi kemampuan otaknya dalam melihat, mendengar, merasakan, memproses dan menganalisa. Sama seperti kinerja otak kita bahwa kita tidak selalu melihat apa yang kita pikir, dengan kata lain kita melihat sesuatu ‘bukan apa adanya‘ tapi ‘sebagaimana kita melihatnya‘.
Suatu peristiwa/kejadian yang sama, namun jika melihatnya dengan sudut pandang yang berbeda serta memaknainya dengan berbeda kemudian menyikapinya dengan cara yang berbeda pula, maka hasil-nya juga akan berbeda. Semua hanya ada di benak kita sendiri ! Karena otak kita lah yang membuatnya berbeda ! Jika suatu peristiwa yang negatif namun kalau kita memandang / memaknai nya sebagai hal yang positif dan kita menyikapi dengan cara yang positif maka hasilnya pun akan positif pula. Dan begitu sebaliknya.
Berat-ringannya, baik-buruknya atau besar-kecilnya kebudayaan yang kita lihat dan kita rasakan, tergantung “cara kita memandang” suatu kebudayaan tersebut.. Cara memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang dinamik dan heterogen seperti itu membuka pada cara-cara berpikir baru mengenai KAB, karena orang dari budaya tertentu tidaklah identik sama, dan setiap budaya manapun memiliki di dalamnya banyak perjuangan-perjuangan kultural yang bisa banyak jumlahnya.
Namun, kebudayaan tidak bersifat heterogen di mana-mana secara sama. Bagaimana seksualitas, ras, jender dan kelas berfungsi di satu kebudayaan adalah tidak sama ataupun mirip dengan bagaimana fungsinya di lain kebudayaan
Dengan memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang heterogen, kita dapat memahami kompleksitas dari suatu kebudayaan dan menjadi lebih peka terhadap cara-cara kehidupan dari orang-orang penganut kebudayaan tersebut. ( Maaf, Pak hanya itu pendapat saya ).
Menurut sumber internet : Orang-orang Asia ternyata melihat dunia dengan cara berbeda dibanding orang Amerika Utara atau orang Barat. Demikian hasil penelitian para ilmuwan dari Universitas Michigan.
Para peneliti menemukan, ketika diperlihatkan sebuah foto, para siswa Amerika Utara yang berlatar belakang Eropa memberi perhatian lebih pada objek di bagian muka foto, sementara siswa dari China menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengamati latar belakang pemandangan dalam foto dan mempelajari gambar secara keseluruhan.
Para peneliti menemukan, ketika diperlihatkan sebuah foto, para siswa Amerika Utara yang berlatar belakang Eropa memberi perhatian lebih pada objek di bagian muka foto, sementara siswa dari China menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengamati latar belakang pemandangan dalam foto dan mempelajari gambar secara keseluruhan.
Para peneliti yang dipimpin Hannah-Faye Chua dan Richard Nisbett, mengikuti gerakan mata para siswa - 25 orang Eropa Amerika dan 27 orang China - untuk menentukan bagian apa yang mereka lihat dalam foto dan berapa lama mereka fokus pada satu titik tertentu.
"Hasilnya, mereka ternyata melihat dunia dengan cara berbeda," kata Nisbett, yang yakin perbedaan ini berakar pada masalah budaya.
"Orang Asia hidup dalam dunia sosial yang jauh lebih kompleks dibanding orang Amerika," ujarnya. "Mereka lebih memperhatikan orang lain dan lingkungannya dibanding kita (orang Amerika). Kita lebih individualis."
Kunci dalam kebudayaan China adalah harmoni, keselarasan, demikian kata Nisbett. Sedangkan di Barat kuncinya adalah bagaimana menemukan cara untuk menyelesaikan sesuatu, sehingga orang Barat kurang memperhatikan hal-hal lain. Orang Asia melihat sesuatu secara keseluruhan, sedangkan orang Barat fokus pada satu hal.
Ini, menurutnya, kembali pada kehidupan ekologi dan ekonomi ribuan tahun lalu.
Di jaman China kuno, para petani mengembangkan sebuah sistem pertanian irigasi. Petani padi harus bekerja sama untuk berbagi air dan memastikan tidak ada yang merugi atau berbuat curang.
Kebiasaan orang Barat, di lain pihak, berkembang sejak jaman Yunani kuno, dimana orang-orang menjalankan pertanian individu, menanam anggur dan minyak zaitun, lalu mengelolanya sebagai bisnis pribadi.
Dari sini sudah terlihat bahwa perbedaan persepsi itu telah muncul sejak 2.000 tahun lalu.
Aristoteles, misalnya, lebih fokus ke obyek. Ia melihat batu tenggelam di air karena gravitasi dan berat jenisnya besar, sedangkan kayu terapung karena berat jenisnya lebih kecil dari air. Namun peneliti ini tidak terlalu memperhatikan air.
Sedangkan orang China menganggap segala sesuatu berkaitan dengan lingkungan sekitarnya. Itulah sebabnya mereka lebih memahami gelombang dan magnetisme jauh sebelum orang-orang Barat.
Nisbett menggambarkan ini dengan suatu ujian dimana ia meminta orang-orang Jepang dan Amerika memandang foto pemandangan bawah air lalu melaporkan apa yang mereka lihat.
Hasilnya, orang-orang Amerika akan langsung fokus pada objek-objek paling mencolok dan yang bergerak paling cepat, seperti tiga ikan trout yang berenang. Sedangkan orang-orang Jepang lebih banyak bercerita bahwa mereka melihat arus air, warna air yang hijau, ada bebatuan di dasar, baru kemudian menceritakan ikannya.
Orang-orang Jepang itu memberi informasi latar belakang 60 persen lebih banyak dibanding orang Amerika. Mereka juga memiliki informasi mengenai hubungan antara latar belakang dengan objek-objek lain dua kali lebih banyak dibanding peserta Amerika.
Dalam tes lain, para peneliti mengikuti gerakan mata orang Asia dan Amerika ketika mereka melihat suatu gambar.
Orang Amerika segera melihat objek di latar depan - seekor macan tutul di hutan - dan mereka memandangnya lebih lama. Orang China lebih banyak menggerakkan matanya, terutama ke latar belakang. Pandangan mereka maju dan mundur antara objek utama dengan latarnya, seolah mencari hubungan dan keselarasannya.
Nah, kembali ke masalah budaya, penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa budaya memang mempengaruhi cara pandang seseorang. Ketika para peneliti menguji orang-orang Asia yang dibesarkan dengan cara Barat, maka mereka berada pada posisi tengah-tengah antara cara orang Asia memandang dengan cara Amerika. Mereka kadang bahkan lebih condong ke cara Amerika saat memperhatikan gambar.
2. Kebudayaan dan peradaban
Banyak yang menanyakan antara pengertian maupun perbedaan kebudayaan dan peradaban. Baiklah mungkin saya awali dengan memberikannya satu-persatu, saya mulai dari pengertian kebudayaan.
A. Kebudayaan Menurut saya antara lain berarti : keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi, rasa dan karya ( cipta, rasa dan karsa ) manusia. Dan arti lainnya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
Sumber internet : kata kebudayaan, budaya berasal dari bahasa sansekerta ” buddhayah ” bentuk jamak dari kata ” buddhi ” yang berarti akal berdasarkan arti asal katanya tampak budayanya berkaitan erat dengan diri manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Seperti yang saya jelaskan diatas ( pada pendapat saya ) ada Tiga ( 3 ) unsur budaya dalam diri manusia :
a. Cipta : kemampuan akal ( pikir ) manusia untuk memahami alam semesta. Menimbulkan ilmu pengetahuan.
b. Rasa : kemampuan panca indra untuk mengembangkan estetika ( keindahan ). Kemampuan ini menimbulkan karya seni .
c. Karsa : kemampuan kehendak manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup. Kemampuan ini menimbulkan kehidupan susila dan beragama.
Dengan kemampuan cipta, rasa dan karsa itu manusia membangun kebudayaan. Kebudayaan itu bersifat kebendaan / materi ( duniawi ) dan ada yang bersifat kerohanian. Keberagaman itu sesuai dengan keberadaan manusia itu sendiri yang terdiri atas jasmani dan rohani. Kebudayaan dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan.
Raymond Williams dari inggris dalam buku ” culture and society ” mengemukakan bahwa kata culture ( kebudayaan ) dalam abad ke-19 yang lalu mengalami pergeseran arti sebagai berikut.
a. A general state or habit of the mind
b. The general state of intellectual development in a society as a whole
c. The general body of the arts
d. A whole way of life, material, intellectual and spiritual
Pengertian kebudayaan ( culture ), sangat luas yaitu sebagai bentuk keseluruhan dari cara kehidupan manusia baik yang bersifat jasmaniah ( duniawi ) maupun rohaniah.
Unsur dalam pengertian kebudayaan :
a. Membuat rumah
b. Membuat alat-alat rumah tangga
c. Bercocok tanam
d. Membuat alat-alat pertanian
e. Cara orang mencukupi kebutuhannya
f. Menjalankan ibadah kepercayaan agama
g. Mengadakan perkawinan
h. Berorganisasi
i. Cara mengeluarkan fikiran dan kemauannya
j. Berpolitik
k. Melahirkan perasaan seni mereka
l. Mengusahakan pendidikan
B. Peradaban
Istilah peradaban dalam bahasa Inggris disebut Civilization. Istilah peradaban sering dipakai
untuk menunjukkan pendapat dan penilaian kita terhadap perkembangan kebudayaan. Pada
waktu perkembangan kebudayaan mencapai puncaknya berwujud unsur-unsur budaya yang
bersifat halus, indah, tinggi, sopan, luhur dan sebagainya, maka masyarakat pemilik
kebudayaan tersebut dikatakan telah memiliki peradaban yang tinggi. Dengan batasan batasan pengertian di atas maka istilah peradaban sering dipakai untuk
hasil-hasil kebudayaan seperti: kesenian, ilmu pengetahuan dan teknologi, adat sopan santun serta pergaulan. Selain itu juga kepandaian menulis, organisasi bernegara serta
masyarakat kota yang maju dan kompleks.
Lihat pula blog saya : http://supeksa.wordpress.com/2011/03/20/kebudayaan-dan-peradaban/
3. Aspek objektif dan subjektif kebudayaan
Menurut saya : Aspek kebudayaan subjektif dan aspek kebudayaan subjektif mengarah pada suatu konsep nilai. Kebudayaan subjektip adalah seelenform ( kesempurnaan batin ) dan kebudayaan objektif maksudnya sache ( benda ) termuat aspek kebendaan.
Menurut Gillin : membedakan antara ideas, values, emotion yang digolongkan pada aspek kebudayaan subjektif. Dan utilitarium aspects material objects and techniques da dalam aspek kebudayaan objektif.
Maaf hanya itu yang dapat saya tuliskan jika ada kesalahan atau kekurangan mohon dimaklumi karena ketrbatasan kemampuan saya.
Tolong di konfirmasi jika email ini tarkirim , terimakasih Pak
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan berKomentar bisa dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan demi meningkatkan mutu artikel saya, terimakasih guys